Pages

Ads 468x60px

Selasa, 08 Januari 2013

BNPT: radikalisme akar terorisme

Kamis, 01 November 2012


Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menyebutkan ideologi radikalisme merupakan akar dari terorisme yang menyebabkan gerakan teror terus tumbuh di masyarakat.

"Ideologi radikalisme ini akar dari terorisme, pemahaman yang sempit mengenai sebuah keyakinan, agama, menciptakan konflik sehingga melakukan teror," katanya dalam acara simulasi latihan deteksi dan investigasi penanggulangan serangan teroris di Bogor, Rabu.

Dalam acara di Penyimpanan dan Pengolahan Air minum PDAM Tirta Pakuan, Cipaku, Kota Bogor itu Mbai mengatakan, terorisme masih ada dan aktif serta masih menjadi ancaman bagi negara.

Kelompok teroris pun cukup banyak. Karakteristik teroris semakin berani, polisi ikut menjadi sasaran. 

Menurut Mbai, upaya pencegahan teroris harus terus dilakukan secara simultan dengan melibatkan semua pihak.

"Peran masyarakat banyak diperlukan. Masyarakat diingatkan untuk tidak terpengaruh dengan idiologi radikal, pemahaman agama harus diperluas. Masyarakat harus berperan dalam mencegah masuknya pemahaman radikal," katanya.

Mbai mengatakan, ancaman teroris masih akan terus ada. Upaya perekrutan pada kaum muda terus dilakukan. 

"Semua pihak berperan, masyarakat harus bisa mendeteksi dini upaya perekrutan ini. Terorisme di latar belakangi ideologoi radikal, pemahaman sempit terhadap ajaran agama. Kita harus berperan disitu," katanya.

Mbai menyebutkan, peran pemerintah, masyarakat, untuk tidak membesarkan paham radikal harus dilakukan secara simultan.

"Rantai teroris bisa dicegah. Kompor-kompor (radikalisme) yang harus dipadamkan," katanya.

Serangan teroris, lanjut Mbai, tidak dapat dipastikan, kapan, dimana dan dengan cara apa. Meskipun deteksi dan kegiatan intelijen lainnya tetap dilakukan, namun serangan teroris dapat terjadi setiap waktu dan tempat.

"Karena itu, kesiap-siagaan dalam menghadapi serangan teroris harus terus ditingkatkan melalui berbagai bentuk pelatihan," katanya.

Mbai menambahkan, tidak ada opsi selain kesiap-siagaan kalau tidak ingin negara tidak boleh kalah dari teroris.

Simulasi penanggulanga teroris dihadiri sejumlah tamu negara di antaranya perwakilan Polisi Australia, Canada, Thailand, dan Philipina. 

Sumber: antaranews

Senin, 07 Januari 2013

Cegah terorisme....

widget lain

Penanganan Terorisme Butuh Komitmen Bersama

Kamis, 01 November 2012


Sejak tahun 2002-2012 tercatat 800 terduga teroris telah ditangkap oleh aparat kepolisian. Bahkan sebagian besar dari mereka telah kembali ke masyarakat. Namun demikian, ancaman terorisme masih jauh dari kata selesai.

Pekan kemarin, Sabtu, 27/10/2012, aparat kepolisian kembali meringkus 11 tersangka teroris yang diduga akan melakukan aksi berutalnya di beberapa tempat. Kelompok ini disinyalir merupakan kelompok baru. Dan yang paling mutakhir, aparat kepolisian juga meringkus tiga orang terduga teroris di Poso, Rabu, 31/10/2012.

Fenomena tersebut merupakan fakta bahwa kelomok teroris terus melakukan regenerasi. Jika dulu para dalang terorisme adalah mantan kombatan di daerah konflik, tapi teroris mutakhir adalah orang-orang yang belajar dari kelompok-kelompok pengajian radikal yang belajar merakit bom dari buku-buku dan internet.

Sasaran aksi mereka juga mulai berubah. Kalau pada awalnya mereka menyasar fasilitas-fasilitas publik dan simbol Barat, saat ini kelompok teroris mulai menyasar aparat kepolisian, seperti yang terjadi di Solo dan Poso. Bahkan, jaringan teroris Ceribon melakukan aksinya di Masjid Az Zikra, Markas Polres Cirebon, pada 2011 lalu.

Karena itu, perlu upaya yang serius untuk menanggulangi aksi berutal kelompok teroris ini. Upaya penanggulangan aksi kejahatan terorisme itu bukan hanya tugas aparat kepolisian, melainkan tugas semua pihak. Dalam konteks ini, ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan ormas keagamaan lainnya harus berperan aktif. Misalnya dengan cara melakukan dialog dan komunikasi intensif antarkelompok keagamaan yang ada.

“Dialog antarkelompok dalam Islam itu penting untuk membuka pintu perdamaian. Kemudian harus diciptakan situasi kondusif untuk mendorong penegakan hukum yang adil,” kata Eko Prasetyo, Direktur Program Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia (Pusham) UII Yogyakarta pada Lazuardi Birru.

Menurut dia, ada tiga hal yang harus dilakukan untuk meminimalisir potensi terorisme di Tanah Air, antara lain: Pertama, upaya dialog itu harus lebih diprioritaskan. Pemerintah harus bersikap aktif dalam hal ini. Demikian pula dengan Majelis Ulama Indonesia dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan seperti NU, dan Muhammadiyah. Kelompok-kelompok sipil tersebut harus aktif menyapa kelompok-kelompok radikal yang berpotensi melakukan aksi teror.

Kedua, pemerintah harus memberikan proses peradilan kepada terdakwa-terdakwa terorisme secara adil. Hak hukum terdakwa tetap harus dilindungi, misalnya berhak ditemani oleh pengacara.

Ketiga, semua tindakan aparat yang sewenang-wenang seperti intimidasi, apalagi salah tembak itu tetap harus memeroleh proses hukum sebagai pendisiplinan. “Intinya upaya penanganan terorisme tidak bisa hanya dengan cara-cara represif tetapi harus lebih mengedepankan soft approach (pendekatan halus),” pungkasnya.

INDAHNYA KEBERSAMAAN.....

Belajar Toleransi dari Nabi Muhammad SAW

RABU, 02 JANUARI 2013



Ironi rasanya jika melihat muslim melakukan aksi-aksi kekerasan apalagi teror. Islam adalah agama damai. Bahkan sudah jelas disebutkan dalam Hadis bahwa Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yang itu berarti salah satunya menjadikan manusia lebih beradab dan toleran.

Menurut Prof. Dr. Quraisy Shihab, ada begitu banyak kisah Muhammad SAW yang merepresentasikan karakter toleran yang begitu tinggi. Bahkan dalam kadar tertentu Nabi SAW sangat mengedepankan toleransi dan perdamaian.

“Ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah, saat itu, dalam konsepnya Nabi menuliskan kalimat Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahim. Namun oleh kaum Musyrik tidak disetujui. Mereka meminta agar ditulis menjadi Bismikallahumma. Nabi berkata kepada Ali bin Abi Thalib “hapus basmalah dan tulis bismikallahumma sesuai usul mereka!” Nabi menyusun dan menyatakan: “inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan wakil dari kaum musyrik Mekkah.” Pemimpin delegasi kaum musyrik berkata “seandainya kami mengakui engkau sebagai rasul Allah, maka kami tidak akan memerangimu. Tulis “perjanjian ini antara Muhammmad putra Abdullah!” Rasul pun berkata “hapus kata Rasulullah dan ganti dengan Muhammad putra Abdillah!”  Sayidina Ali dan sahabat-sahabatnya tidak ingin bertoleransi dalam hal ini, mereka enggan menghapusnya. Tetapi Nabi yang penuh dengan toleransi itu menghapus 7 kata demi kemaslahatan, demi perdamaian” dedah Quraisy Shihab.
:2thumbup
 

Sample text

Sample Text

DAMAI INDONESIAKU... DAMAI INDONESIAKU... DAMAI INDONESIAKU...

Sample Text